Sunday, 29 May 2016

SATE MARANGGI Warung KBS Cikole Subang





Sate atau satai adalah makanan yang terbuat dari potongan daging kecil-kecil yang ditusuk sedemikian rupa dengan tusukan lidi tulang daun kelapa atau bambu kemudian dipanggang menggunakan bara arang kayu. Sate disajikan dengan berbagai macam bumbu yang bergantung pada variasi resep sate. Daging yang dijadikan sate antara lain daging ayam, kambing, domba, sapi, babi, kelinci, kuda, dan lain-lain.
Sate telah menjadi makanan yang populer secara luas di berbagai belahan dunia, hal ini menjadikan orang tertarik untuk mengetahui asal mula hidangan populer ini. Kata "sate" atau "satai" diduga berasal dari bahasa Tamil. Saat itu sate diciptakan oleh pedagang makanan jalanan di Jawa sekitar awal abad ke-19, berdasarkan fakta bahwa sate mulai populer sekitar awal abad ke-19 bersamaan dengan semakin banyaknya pendatang dari Arab dan pendatang Muslim Tamil dan Gujarat dari India ke Indonesia. Hal ini pula yang menjadi alasan populernya penggunaan daging kambing dan domba sebagai bahan sate yang disukai oleh warga keturunan Arab.
Dari Jawa, sate menyebar ke seluruh kepulauan Nusantara yang menghasilkan beraneka ragam variasi sate. Pada akhir abad ke-19, sate telah menyeberangi selat Malaka menuju Malaysia, Singapura, dan Thailand, dibawa oleh perantau Jawa dan Madura yang mulai berdagang sate di negeri jiran tersebut. Pada abad ke-19 istilah sate berpindah bersamaan dengan perpindahan pendatang Melayu dari Hindia Belanda menuju Afrika Selatan, di sana sate dikenal sebagai sosatie. Orang Belanda juga membawa hidangan ini dan banyak hidangan khas Indonesia lainnya ke negeri Belanda, hingga kini seni memasak Indonesia juga memberi pengaruh kepada seni memasak Belanda.
Dalam tradisi Muslim Indonesia, hari raya Idul Adha atau hari raya kurban adalah peristiwa istimewa. Pada hari raya kurban ini daging kurban berlimpah dan dibagikan kepada kaum dhuafa dan miskin. Kebanyakan merayakannya dengan bersama-sama memanggang sate daging kambing, domba, atau sapi.
Sate Maranggi adalah sate khas Purwakarta, Jawa Barat, biasanya terbuat dari daging kambing atau daging sapi. Selain dari Purwakarta, Sate Maranggi banyak dijajakan juga di daerah sekitarnya, hingga daerah Cianjur.
Penjaja Sate Maranggi dapat ditemukan hampir di setiap sudut kota Purwakarta, dimana sebagian menjajakannya dengan cara berkeliling. Yang membedakan Sate Maranggi dengan sate lainnya adalah proses perendaman daging dalam bumbu (marination), sebelum dibuat menjadi sate dan dimasak. Karena proses pembumbuan inilah, maka Sate Maranggi disajikan tanpa saus pendamping.
Adapun bumbu rendamnya sendiri terbuat dari paduan kecap manis dan beberapa jenis rempah, seperti jahe, ketumbar, lengkuas, kunyit, plus sedikit cuka untuk memberikan sedikit rasa masam, bisa dipakai cuka lahang (cuka yang terbuat dari aren), maupun cuka jenis lainnya. Saat disajikan, Sate Maranggi biasanya disajikan dengan irisan bawang merah dan tomat segar untuk menciptakan paduan rasa yang berimbang antara rasa daging yang gurih, tomat yang masam, dan bawang yang pedas.
Selain bersama nasi putih, Sate Maranggi ini bisa juga dihidangkan dengan lontong, ketan bakar plus sambal oncom, atau bersama nasi timbel. Hidangan Sate Maranggi ini pada 14 Desember 2012 dikukuhkan Kemenparekraf sebagai salahsatu dari 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia (IKTI).
Biasanya sate diberi saus. Saus ini bisa berupa bumbu kecap, bumbu kacang, atau yang lainnya, biasanya disertai acar dari irisan bawang merah, mentimun, dan cabai rawit. Sate dimakan dengan nasi hangat atau, kalau di beberapa daerah disajikan dengan lontong atau ketupat.
Hidangan internasional yang mirip sate antara lain yakitori dari Jepang, shish kebab dari Turki, shashlik dari Kaukasia, chuanr dari China, dan sosatie dari Afrika Selatan. Sate terdaftar sebagai peringkat ke-14 dalam World's 50 most delicious foods (50 Hidangan Paling Lezat di Dunia) melalui jajak pendapat pembaca yang digelar oleh CNN Go pada 2011.
Nah, untuk itu ada baiknya kita menikmati kelezatan sate Maranggi di Warung KBS Cikole Subang. Rasanya sungguh lezat, penasaran? Silahkan anda coba… (L. Martana)

No comments:

Post a Comment